WR. Soepratman, Pencipta Lagu ‘Indonesia Raya’ (Beliau Lahir di Purworejo)

Minggu, 16 Desember 2012

13527339601403873079


Senin pagi, tanggal 19 Maret 2012 saya heran ketika sekolah-sekolah di sekitar tempat kerja mengadakan upacara bendera dengan tema khusus. Seingat saya, hari itu tidak ada peringatan hari nasional apapun. Karena penasaran, saya mendengarkan pidato inspektur upacara sembari beraktivitas kerja. Dari pidato itu, saya mengetahui bahwa tanggal 19 Maret diperingati sebagai hari lahirnya WR.Soepratman.
Saya sempat kaget karena setahu saya dari buku sejarah menuliskan WR,Soepratman lahir di Jatinegara. Dan setelah mendengarkan pidato itu sampai selesai saya mengetahui bahwa ketetapan kelahiran WR. Soepratman  di Purworejo melalui perjalanan panjang pelurusan sejarah. Ketetapan itu berdasarkan  penerbitan keputusan PN Purworejo nomor 04/Pdt/P/2007/PN PWR tanggal 29 Maret 2007, tentang penetapan tempat dan tanggal lahir WR Soepratman pada hari Kamis Wage tanggal 19 Maret 1903, di Dukuh Trembelang Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo.
WR. Soepratman adalah penggubah lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan “lagu kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po.
Setelah dikumandangkan tahun 1928 di hadapan para peserta Kongres Pemuda II dengan biola, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi “Indonesia Raya”. Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka menyanyikan lagu itu dengan mengucapkan “Mulia, Mulia!” (bukan “Merdeka, Merdeka!”) pada refrain. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan. Selanjutnya lagu “Indonesia Raya” selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah Indonesia merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan lambang persatuan bangsa.
Saya dan lagu “Indonesia Raya”
Mendengar dan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dengan khidmat adalah cara sederhana menghargai jasa para pahlawan. Saya mengalami sebuah kejadian unik berkaitan dengan lagu “Indonesia Raya.” Kejadian itu saya alami pada tahun 2007 yaitu ketika saya bekerja di sebuah garmen di Cianjur.
Kejadiannya berlangsung Senin pagi. Rutinitas pabrik garmen mengadakan upacara tiap Senin pagi, membuat jam kerja masuk lebih awal. Sirine  tanda masuk berbunyi. Para karyawan bergegas menata diri dan berbaris rapi diantara jejeran mesin jahit. Tidak ada acara pengibaran bendera ataupun tatacara lainnya. Yang ada hanyalah menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan pidato.
“Hiduplah Indonesia raya…” Seorang dirigen memberi aba-aba. Dan lagu kebangsaan berkumandang di ruangan. Di podium berdiri Mr.Chan dan Mr.Kim pemilik garmen PMA yang berkewarganegaraan Korea. Keduanya ikut menyanyi sambil sesekali melirik ke arah karyawan yang tampak ogah-ogahan menyanyi.
Usai menyanyi, Mr.Chan naik ke podium dan menyampaikan pidato. Saya tidak ingat pidato itu seutuhnya. Tapi saya ingat point penting yang disampaikan beliau dalam pidato, yaitu tentang nasionalisme. Beliau menyampaikan kekecewaannya ketika mendapati beberapa karyawan ogah-ogahan menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. Itu sama artinya mereka tak menghargai perjuangan para pahlawan meraih kemerdekaan.
Beliau membandingkan dengan peraturan di negri gingseng yang mengharuskan warga negaranya ikutserta wajib militer demi Negara. Sedangkan di Indonesia, untuk menyanyikan lagu kebangsaan saja tak mau. Dengan berapi -api beliau berpidato tentang pentingnya semangat nasionalisme. Para karyawan tertunduk merasa ditampar oleh pidato Mr.Chan.

0 komentar:

Posting Komentar

Exit Jangan Lupa Klik Like Ya
Diberdayakan oleh Blogger.
<bgsound src="http://uploads3.mp3songurls.com/1273484.mp3"> </bgsound>