Panjat Pinang dan Sejarahnya

Minggu, 16 Desember 2012




Menjadi tradisi perayaan kemerdekaan.


Sebagai hiburan atau sebagai perayaan?

Permainan panjat pinang akrab dengan perayaan kemerdekaan Indonesia. Di beberapa lokasi di Indonesia, setidaknya di pelosok Jakarta, kerap ditemukan permainan semacam ini. 

Bahkan, saking kentalnya budaya panjat pinang di Indonesia, mesin pencari Google menggunakan imej orang sedang melakukan permainan panjat pinang sebagai gambar tambahan di logonya (lihat gambar) khusus untuk hari ini, 17 Agustus 2011.

Kelompok-kelompok bekerja sama, bersatu, bahu membahu untuk mendapatkan hadiah yang digantungkan di pucuk batang pohon pinang yang sudah berlumur cairan licin. 

Tetapi, sebenarnya, dari mana dan bagaimana asal-usul permainan ini?

Menelisik lewat internet, ditemukan beberapa literatur dan keterangan dari berbagai sumber. Wikipedia, contohnya, mengungkap bahwa sejarah panjat pinang berasal dari zaman penjajahan Belanda. 

Konon, permainan ini datang sebelum Indonesia, yakni pada tahun 1930-an. Dikatakan, bahwa permainan ini digelar oleh orang Belanda saat mereka sedang melangsungkan acara, seperti pernikahan, ulangtahun, dan lainnya. 

Panjat pinang hanya akan dilakukan oleh masyarakat pribumi. Hadiah yang digantungkan di pucuk tiang adalah bahan-bahan makanan atau pakaian. Maklum, pada masa itu bahan-bahan seperti itu sangat sulit didapatkan. 

Permainan ini digelar sebagai tontonan atau hiburan para masyarakat Belanda. Kelicinan dan kesulitan untuk mencapai puncak, kejatuhan yang mencoba mencapai puncak menjadi hiburan tersendiri. 

Ada pula literatur lain yang mengatakan, panjat pinang datang dari kebudayaan Asia, tepatnya masyarakat Cina dan Taiwan (Suara Baru, 2005). 

Diperkirakan, permainan panjat pinang berasal dari kebudayaan Festival Hantu, dari masyarakat keturunan Cina di daerah Bogor. 

Festival Hantu biasa dilakukan di sekitaran kelenteng. Masyarakat biasa menyaksikan pertunjukkan wayang golek dari Fukien. Di depan kelenteng biasa dipasang pohon pinang yang di ujungnya ditancapkan bendera. Batang pohon dilumuri minyak pelicin. 

Kelompok-kelompok pemuda bertanding merebut bendera di atas. Yang berhasil mendapat bendera di atas itu menjadi pemenangnya. Setelah ada pemenang, hadiah-hadiah berupa sumbangan berupa buku, beras, minyak, hewan ternak dari pedagang setempat akan dibagikan kepada rakyat. 

Ada pula yang mencatat bahwa permainan panjat pinang populer di sekitaran wilayah Tiongkok Selatan (Fujian, Guangdong, dan Taiwan), karena di wilayah beriklim sub-tropis ini memungkinkan pinang atau kelapa tumbuh baik. 

Permainan ini juga digunakan pada acara Festival Hantu, disebut qiang-gu. Permainan ini sempat dihentikan karena sering menimbulkan korban. Namun, dipraktekkan kembali pada masa penjajahan Jepang di Taiwan. Tata caranya serupa, tetapi mereka diminta untuk mengambil bendera berwarna merah, bukan hadiah dari puncak pohon pinang. 

Dari mana pun asal permainan ini, ada nilai-nilai tersendiri yang muncul dari permainan rakyat ini. Kerja sama, bahu membahu mencapai puncak, mengesampingkan ego, kemudian menikmati pencapaian bersama-sama adalah nilai-nilai yang bisa dipetik disamping keseruan.

0 komentar:

Posting Komentar

Exit Jangan Lupa Klik Like Ya
Diberdayakan oleh Blogger.
<bgsound src="http://uploads3.mp3songurls.com/1273484.mp3"> </bgsound>